KOLTIM – LINGKARSULTRA.COM – Salah satu tokoh masyarakat transmigrasi suku Bali Koltim, Ida Bagus Putu Widiana paparkan sejarah singkat masuknya transmigrasi di Kabupaten Kolaka Timur yang pada saat itu masih Kabupaten Kolaka.
Hal itu ia sampaikan saat merayakan setengah abad (50 tahun) transmigrasi Suku Bali di Pura Kelurahan Atula Kecamatan Ladongi dengan diisi kegiatan olahraga maupun kesenian, Jumat (23/9/2022).
Ida Bagus sapaan akrabnya masih ingat betul pertama menginjakan kaki di Bumi Anoa ini yakni 23 September 1972 bersama rombongan kurang lebih 100 KK dengan jumlah 600 jiwa berangkat dari pelabuhan Benoa melalui jalur laut dengan KM Bidara.
“Setelah tiba di pelabuhan Kendari dengan pakaian seragam dan topi anyaman dari daun kelapa yang merupakan ciri khas petani di Bali kami berbaris mengikuti upacara penerimaan yang diterima langsung oleh bapak Gubernur Sulawesi Tenggara Bapak Edi Sabara (Almarhum),” terang Ida.
Selanjutnya, setelah acara penerimaan selesai, kata Ida, mereka langsung diberangkatkan dengan menggunakan truck menuju Ladongi tepatnya di SD Lamotau yang sekarang SD 2 Ladongi.
“Setelah makan malam. Kami berkumpul di balai Desa Ladongi untuk mengikuti acara penerimaan oleh bapak Bupati Kolaka selaku pemerintah daerah, dan yang memberi sambutan camat
Tirawuta Muhammad Nur Latamoro,” kenang Ida dengan nada harunya.
Kata Ida, pada saat itu pendamping transmigrasi mewakili Gubernur Bali menitipkan dan menyerahkan warga Bali kepada Bupati Kolaka untuk melakukan pembinaan karena dinilai mereka adalah petani yang tekun dan terampil.
“Bapak Bupati Kolaka pada saat itu dengan senang hati menerima dan akan membina warga transmigrasi, untuk bersama-sama membangun daerah Ladongi menjadi lumbung pangan,” kenang Ida akan pesan Bupati Kolaka saat itu.
Ida juga mengingat betul cara Bupati Kolaka menyambut mereka dengan menggunakan sebuah loyang beralaskan kain dan berisi lingkaran rotan. Namun pada saat itu dirinya bersama rombongan tidak memahami apa makna simpul tersebut.
“Setelah beberapa hari, kami mengerti maksud simpul tersebut yakni cara penerimaan yang sangat sakral dilakukan oleh masyarakat adat pribumi Tolaki Mekongga,” cerita Ida dengan harunya di hadapan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kolaka Timur, Anggota DPD RI dr. Dewa, para Kepala OPD Koltim, seluruh Ketua PHDI baik kabupaten, kecamatan, desa, Ketua Bendesa adat se-Koltim beserta tokoh adat Tolaki Mekongga, Camat Ladongi, para Kepala Desa, Lurah.
“Kedatangan para transmigrasi di Ladongi bertahap. Tiga bulan berikutnya datanglah rombongan transmigrasi Bali kedua sebanyak 20 KK yang ditempatkan di Blok D dan Blok E, menyusul lagi rombongan dari Jawa Barat yang ditempatkan di Blok A, B, C, D, E, F, dan G,” tambahnya.
“Selanjutnya disusul lagi transmigrasi spontan dari Bali sebanyak 60 KK yang ditempatkan di Blok H, dan l, berikutnya datang lagi transmigrasi spontan dari Jawa Barat yang ditempatkan di Blok E, F, G ujung. Tahun berikutnya datang transmigrasi Bali ditempatkan di Ladongi 2, menyusul lagi datang transmigrasi Banpres dari Jawa Tengah ditempatkan di Ladongi 1.8. Kedatangan transmmgrasi itu membuat Ladongi semakin ramai sampai sekarang,” tutup Ida Putu Widiana.
Laporan: Epin